BAB I
PENDAHULUAN
Hujan adalah peristiwa turunnya air
dari langit ke bumi. Awalnya air hujan berasal dari air dari bumi seperti air
laut, air sungai, air danau, air waduk, air rumpon, air sawah, air comberan,
air susu, air jamban, air kolam, air ludah, dan lain sebagainya. Selain air
yang berbentuk fisik, air yang menguap ke udara juga bisa berasal dari tubuh
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, serta benda-benda lain yang mengandung air.
Air-air tersebut umumnya mengalami proses penguapan atau evaporasi akibat
adanya bantuan panas matahari. Air yang menguap / menjadi uap melayang ke udara
dan akhirnya terus bergerak menuju langit yang tinggi bersama uap-uap air yang
lain. Di langit yang tinggi uap tersebut mengalami proses pemadatan atau
kondensasi sehingga membentuk awan. Dengan bantuan angin awan-awan tersebut
dapat bergerak kesana-kemari baik vertikal, horizontal dan diagonal.
Akibat angin atau udara yang bergerak
pula awan-awah saling bertemu dan membesar menuju langit / atmosfir bumi yang
suhunya rendah atau dingin dan akhirnya membentuk butiran es dan air. Karena
berat dan tidak mampu ditopang angin akhirnya butiran-butiran air atau es
tersebut jatuh ke permukaan bumi (proses presipitasi). Karena semakin rendah
suhu udara semakin tinggi maka es atau salju yang terbentuk mencair menjadi
air, namun jika suhunya sangat rendah maka akan turun tetap sebagai salju.
Tetesan hujan, yang mencapai awan
setelah sebelumnya menguap dari laut, mengandung zat-zat tertentu yang bisa
memberi kesuburan pada tanah yang mati. Tetesan yang "memberi
kehidupan" ini disebut "tetesan tegangan permukaan". Tetesan
tegangan permukaan terbentuk di bagian atas permukaan laut, yang disebut
lapisan mikro oleh ahli biologi. Pada lapisan yang lebih tipis dari 1/10 mm
ini, terdapat sisa senyawa organik dari polusi yang disebabkan oleh ganggang
mikroskopis dan zooplankton. Dalam sisa senyawa organik ini terkandung beberapa
unsur yang sangat jarang ditemukan pada air laut seperti fosfor, magnesium,
kalium, dan beberapa logam berat seperti tembaga, seng, kobal, dan timah.
Tetesan berisi "pupuk" ini naik ke langit dengan bantuan angin dan
setelah beberapa waktu akan jatuh ke bumi sebagai tetesan hujan. Dari air hujan
inilah, benih dan tumbuhan di bumi memperoleh berbagai garam logam dan
unsur-unsur lain yang penting bagi pertumbuhan mereka. Seperti yang tertera
dalam ayat
"Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak
manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman
yang diketam." (QS. Qaf: 9).
Hujan buatan adalah hujan yang dibuat
oleh campur tangan manusia dengan membuat hujan dari bibit-bibit awan yang
memiliki kandungan air yang cukup, memiliki kecepatan angin rendah yaitu
sekitar di bawah 20 knot, serta syarat lainnya. Ujan buatan dibuat dengan
menaburkan banyak garam khusus yang halus dan dicampur bibit / seeding ke awan
agar mempercepat terbentuknya awan jenuh. Untuk menyemai / membentuk hujan
deras, biasanya dibutuhkan garam sebanyak 3 ton yang disemai ke awan potensial
selama 30 hari. Hujan buatan saja bisa gagal dibuat atau jatuh di tempat yang
salah serta memakan biaya yang besar dalam pembuatannya.
BABI II
PEMBAHASAN
A. HUJAN
MENURUT AL
QUR’AN
Bagaimana hujan terbentuk masih
merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah
Radar Cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan.
Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, “bahan baku ” hujan naik ke
udara. Lalu awan terbentuk. Akhirnya curahan hujan terlihat. Tahap-tahap ini
ditetapkan dengan jelas di Al-Qur’an berabad-abad yang lalu yang memberi
informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan:
Artinya : Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu
angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang
dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan
keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai
hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. (Surat ar-Ruum, 48)
Berdasakan ayat tersebut dijelaskan tahap-tahap
terjadinya hujan yaitu:
TAHAP 1: “Dialah Allah Yang mengirimkan angin…”
Gelembung-gelembung udara yang tak
terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan yang pecah terus-menerus dan
menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel
ini kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir.
Di atmosfir partikel-partikel ini membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di
sekelilingnya.
TAHAP 2: “…lalu angin itu menggerakkan awan dan
Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan
menjadikannya bergumpal-gumpal…”
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di
sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel di udara. Awan-awan itu
bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan
awan-awan.
TAHAP 3: “…lalu kau lihat air hujan keluar dari
celah-celahnya.”
Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung
membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di
dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah
dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan
tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling
bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan
besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih
dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin
membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi
mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan
jatuh ke bawah sebagai hujan air
Semua tahap pembentukan hujan telah
diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan
dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi,
lagi-lagi Al-Qur’an-lah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai
fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada
ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
Kita harus ingat bahwa para ahli
meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui proses pembentukan awan hujan
ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya, dengan menggunakan peralatan
mutakhir seperti pesawat terbang, satelit, komputer, dsb. Sungguh jelas bahwa
Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui
1400 tahun yang lalu.
B. DAMPAK
HUJAN MENURUT AL-QUR’AN TERAHADAP PERKEMBANGAN ILMU
Dampak hujan menurut Al Qur’an terhadap
perkembangan ilmu diantaranya adalah biologi, fisika, geografi, hidrologi, dan
sebagainya. Ayat Al Qur’an yang berhubangan dengan ilmu biologi anara lain adalah
surat al hajj
ayat 5 yang berbunyi;
Artinya : …… Dan kamu lihat bumi ini kering,
kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
Ayat Al Qur’an yang berhubangan dengan ilmu fisika
anara lain adalah surat
Ar Ra’d ayat 17 yang berbunyi;
Artinya : Allah telah menurunkan air (hujan) dari
langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu
membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api
untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus
itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil.
Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang
memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan (Q.S. Ar Ra’d ayat :17)
Ayat Al Qur’an yang berhubangan dengan ilmu
geografi anara lain adalah surat
Al-A'raf ayat 57 yang berbunyi;
Artinya : Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai
pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila
angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus,
lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan
itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang
yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (Al-A'raf/7: 57)
Ayat Al Qur’an yang berhubangan dengan ilmu
geografi anara lain adalah surat
Al-Qamar ayat 11-12 yang berbunyi;
Artinya :
11. Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang
tercurah. 12. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemu-
lah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. (al-Qamar/54:
11-12)
Masih banyak cabang-cabang ilmu lain yang dapat
dikelompokkan dalam memahami ayat kauniyah ini. Inilah suatu bukti bahwa
al-Quran memang kitab yang penuh mukjizat yang selalu sejalan dengan
perkembangan manusia dan perjalanan masa.
C.
DAMPAK HUJAN MENURUT AL
QUR’AN TERAHADAP TEKNOLOGI
Untuk mempercepat turunnya hujan pada
musim kering yang berkepanjangan, tak ada jalan lain selain melakukan campur
tangan terhadap alam. Yaitu dengan mempercepat terjadinya hujan yang sudah
secara luas dikenal sebagai hujan buatan. Hujan buatan merupakan bagian dari
teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang memudahkan kehidupan manusia. Selain
untuk mengatasi kekeringan, hujan buatan juga digunakan untuk mengatasi
kebakaran hutan atau bahkan berfungsi membersihkan udara.
Menurut Kepala UPT Hujan Buatan, Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT), Ir Samsul Bahri, Msc, hujan buatan dilakukan
dengan menyemai awan melalui penggunaan bahan bersifat higroskopik atau
menyerap air. Sehingga, partikel-partikel air lebih cepat terbentuk dan hujan
punturun. Awan yang dijadikan sasaran dalam kegiatan hujan buatan adalah jenis
awan Cumulus (Cu) yang aktif, dicirikan dengan bentuknya yang seperti bunga
kol. Untuk melakukan penyemaian awan, ada beberapa metode yang lazim digunakan.
Metode yang paling sering dilakukan selama ini adalah penyemaian dengan
menggunakan pesawat terbang. Bubuk natrium clorida (NaCl), sejenis garam,
disebarkan ke awan. Dengan harapan, awan yang mengandung garam itu akan menarik
air dan kandungan air di awan menjadi tinggi. Selain dari udara penyemaian
awan, juga bisa dilakukan dari darat dengan stasiun statis, yaitu Ground Base
Generator (GBG). Pemanfaatan GBG untuk menyemai awan biasanya dilakukan di
daerah pegunungan. Di puncak gunung dibangun menara dan di ujung menara
ditempatkan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membuat hujan buatan. Bahan
yang disemaikan ke awan yaitu bubuk natrium clrorida.
Kegiatan penyemaian ini ramah lingkungan. Bahan
yang digunakan untuk penyemaian awan juga digunakan untuk kehidupan se
hari-hari. Urea digunakan dalam pertanian, Sodium Klorida banyak terdapat di
atmosfer sebagai hasil dinamika air laut, dan juga digunakan untuk bahan
masakan. CaCl2 digunakan orang di negara lintang menengah untuk ditaburkan
dijalan raya guna mencegah terbentuknya es dan salju. Dari sisi konsentrasi,
satu butir bahan higroskopik berukuran 10-50 mikron mengalami pengenceran
hingga sejuta kali ketika menjadi tetes hujan berukuran 2000 mikron. Hasil
analisis air hujan selama beberapa kali kegiatan TMC telah membuktikan bahwa
parameter kualitas air hujan maupun badan-badan air masih aman untuk digunakan
dalam kehidupan se hari-hari.
BAB III
KESIMPULAN
Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga
tahap. Tahap 1: Gelembung-gelembung
udara yang tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan yang pecah
terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel
ini kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir.
Di atmosfir partikel-partikel ini membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di
sekelilingnya. Tahap 2: Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di
sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel di udara. Awan-awan itu
bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan
awan-awan. Tahap 3: Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung
membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya
meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan
di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar
secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya
awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai
wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air
dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es
ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin
vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air.
Dampak hujan menurut Al Qur’an terhadap
perkembangan ilmu diantaranya adalah biologi, fisika, geografi, hidrologi, dan
sebagainya. Dan Teknologi yang berkaitan dengan adanya hujan ini yaitu di
bentuklah hujan Buatan oleh manusia.
DAFTAR PUSTAKA
http://adiwarsito.wordpress.com/2009/10/22/hujan-menurut-al-quran/
http://www.harunyahya.com/indo/artikel/027.htm
http://www. harunyahya.com/indo/mitra/
http://www.indonesiapower.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=854%3Ateknologi-hujan-buatan&Itemid=1
http://www.pengobatan.com/keilmuan/pawang_hujan.html
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Atas Kunjungannya dan Kesediaannya untuk Berkomentar. Saya Sangat menghargai Setiap Komentar, Masukkan, Saran, dan Kritik yang sekiranya dapat Membangun Blog ini agar lebih baik Kedepannya. Berkomentarlah dengan sopan dan santun & "No Spam"..
Terima Kasih atas Kunjungannya...