A.JUDUL KTI
B. BIDANG KAJIAN
Desain dan Strategi Pembelajara di Kelas
C. PENDAHULUAN
Peningkatan
penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan salah satu tujuan yang sangat diinginkan oleh bangsa Indonesia .
Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah dan masyarakat pendidikan telah
melakukan berbagai upaya pada berbagai jenjang persekolahan sesuai dengan
kurikulum yang diberlakukan secara nasional yang memuat berbagai mata pelajaran
termasuk matematika.
Tidak
sedikit sumbangan matematika untuk mengembangkan kemampuan manusia dalam memanfaatkan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kesadaran terhadap hal ini
telah mendorong berbagai kalangan pendidikan untuk melakukan berbagai upaya,
baik peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, perubahan kurikulum,
pelatihan guru-guru dan tenaga dosen LPTK, peningkatan kualitas guru, dan
pelaksanaan perlombaan seperti Olimpiade Sains Nasional untuk menyeleksi
putra-putri terbaik bangsa dalam ajang menyeleksi bidang sains dan matematika
pada skala nasional dan internasional. Semua upaya tersebut merupakan bukti
nyata kesungguhan berbagai kalangan untuk mengangkat derajat bangsa melalui
pendidikan. Walau demikian, harus disadari bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar
sehingga tantangan dan hambatan yang dihadapi untuk mewujudkan cita-cita
tersebut juga tidak sedikit. Hal ini dirasakan oleh keseluruhan komponen
pendidikan khususnya guru matematika yang menjadi tulang punggung pelaksana
pendidikan matematika di sekolah-sekolah.
SD Negeri 32 Poasia yang
berlokasi di Perumahan Dosen Kampus Baru Universitas Haluoleo merupakan salah
satu SD yang guru-gurunya juga mengalami hal yang sama sebagimana diuraikan di
atas. Namun setelah dilakukan berbagai upaya perbaikan demi meningkatkan hasil
belajar matematika siswa khususnya minat dan motivasi belajar telah nampak
berbagai perubahan secara klasikal baik hasil belajar maupun minat dan motivasi
belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilaksanakan oleh Kadir (2005), pada pembelajaran matematika di kelas V SD
Negerin 32 Poasia yang berakhir pada akhir September 2005 terlihat bahwa minat,
motivasi, dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika sudah
cukup baik. Hal ini terbukti dari banyaknya siswa yang memperoleh nilai di atas
6,5 lebih dari 80%. Namun demikian, dari hasil diskusi dengan guru yang
dilibatkan dalam penelitian tersebut diperoleh kenyataan bahwa jika dilihat
dari komposisi soal yang diteskan, secara umum siswa belum mampu menyelesaikan
soal cerita. Para siswa masih mengalami
kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal matematika bentuk cerita. Dari hasil
pengamatan terhadap lembar jawaban siswa terlihat bahwa ada beberapa penyebab
hal ini bisa memungkinkan terjadi, yaitu: kemampuan siswa dalam memaknai bahasa
soal masih kurang, siswa belum dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan, serta kemampuan siswa dalam menentukan model matematika yang
digunakan dalam penyelesaian soal.
Dari laporan hasil observasi
yang dilakukan disimpulkan bahwa guru telah melaksanakan pembelajaran dengan
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PPMRII) sesuai dengan
skenario yang dirancang. Namun demikian, pada pemberian tugas latihan di kelas
dan di rumah kepada siswa, guru masih kurang memperhatikan aspek soal cerita
sebagai salah satu bentuk soal latihan di rumah. Guru masih terfokus pada
soal-soal latihan yang ada di buku. Hal ini kurang memberi ruang kepada siswa
untuk mengembangkan idenya dalam melatih kemampuannya memecahkan masalah yang
ada pada soal matematika berbentuk cerita.
Berdasarkan
alasan di atas, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk lebih
meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika khususnya
soal berbentuk cerita. Hal ini dapat diwujudkan karena guru telah dapat
melaksanakan pembelajaran matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik. Artinya, guru dan siswa telah memiliki pengalaman dan kemampuan
untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ini dalam
pembelajaran matematika. Pendekatan Matematika Realistik digunakan karena pendekatan
ini adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengarahkan siswa pada
pembelajaran secara bermakna, sesuai dengan kemampuan berpikir siswa serta
berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Keterkaitan dengan kehidupan
sehari-hari ini akan mengarahkan siswa pada pengertian bahwa matematika bukan
hanya ilmu simbolik belaka tetapi dapat dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari untuk membantu dan mempermudah pekerjaan manusia dalam
menyelesaikan permasalahan hidupnya. Pemberian pembelajaran matematika yang
bermakna kepada siswa dan tidak memisahkan belajar matematika dengan pengalaman
siswa sehari-hari, siswa akan dapat mengaplikasikan matematika dalam kehidupan
sehari-hari dan tidak cepat lupa.
Berdasarkan
alasan-alasan di atas, maka disarankan perlu dilaksanakannya penelitian ini
yang merupakan kerjasama antara dosen matematika FKIP Unhalu dengan guru
matematika kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kendari dengan judul: “Meningkatkan
Kemampuan Siswa Kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kendari dalam Menyelesaikan Soal
Matematika Berbentuk Cerita pada Pokok Bahasan Faktor dan Kelipatan Bilangan
Melalui Pendekatan Matematika Realistik”.
D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut: “apakah kemampuan siswa kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kendari dalam
menyelesaikan soal matematika berbentuk cerita pada pokok bahasan faktor dan
kelipatan bilangan dapat ditingkatkan melalui pendekatan matematika realistik?”
2. Pemecahan Masalah
Untuk
memecahkan permasalahan di atas, dilakukan tindakan-tindakan sesuai dengan
kaidah penelitian tindakan kelas, yaitu:
1. Mengadakan
tes untuk mengetahui kemampuan awal matematika siswa. Hasil tes ini kemudian
menjadi dasar bagi peneliti untuk membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang
masing-masing beranggotakan 4-5 orang untuk merangsang pertukaran pendapat dan
interaksi antar guru dengan siswa dan antar siswa, saling menghormati pendapat
yang berbeda, dan menumbuhkan konsep diri siswa. Pembagian anggota kelompok
didasarkan pada tingkat kemampuan, jenis kelamin, status sosial dan etnis.
2. Memberikan
angket untuk diisi oleh siswa sehingga dapat diketahui tanggapan siswa mengenai
pelaksanaan pembelajaran matematika.
3. Mengadakan
pembimbingan pada guru matematika SD Negeri 32 Poasia tentang pendekatan
matematika realistik khususnya tentang pembelajaran matematika soal cerita.
4. Menyusun
perangkat pembelajaran yang mengacu pada karakteristik PMRI yajng secara umum
meliputi komponen: tujuan, materi, kegiatan belajar mengajar di kelas, dan
evaluasi.
5. Melaksanakan
skenario pembelajaran yang mengacu pada pendekatan PMRI untuk tiap-tiap siklus
tindakan (direncanakan tiga siklus), evaluasi dan refleksi.
6. Tindakan
di dalam kelas disesuaikan dengan sintaks implementasi PMRI dalam kegiatan
belajar mengajar di kelas, yaitu:
1. Melaksanakan
skenario pembelajaran melalui penyajian masalah yang kontekstual untuk
menghubungkan matematika denga dunia sekitar (sebelum siswa masuk pada sistem
formal, terlebih dahulu siswa dibawa ke situasi informal).
2. Mengusahakan
keterlibatan siswa dengan bantuan guru untuk menemukan kembali dan
mengkonstruksi konsep sendiri sesuai materi matematika yang dipelajari.
3. Mengaplikasikan
konsep yang telah ditemukan ke dalam masalah sehari-hari atau dalam bidang
lain.
7. Evaluasi
dilaksanakan selama dan setelah proses pembelajaran. Evaluasi selama proses
pembelajaran dilakukan melalui observasi bagaimana siswa mengkomunikasikan
matematika. Sedangkan setelah pembelajaran dapat dilakukan dengan memberikan
pekerjaan rumah untuk mengerjakan soal beserta alasannya dan mengajukan soal
kepada siswa untuk dikerjakan beserta alasannya. Pada akhir setiap siklus
tindakan dilakukan evaluasi untuk mengetahui kemajuan hasil belajar yang telah
dicapai siswa. Hasil dari evaluasi pada akhir setiap siklus akan direfleksi
untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan.
8. Tindakan
pada setiap siklus dikatakan berhasil bila telah minimal 80% siswa mencapai
nilai paling rendah 6,5.
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan
permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan siswa kelas VI SD Negeri 32 poasia kendari dalam menyelesaikan soal
matematika berbentuk cerita pada pokok bahasan faktor dan kelipatan bilangan
melalui pendekatan matematika realistik.
6. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bererti seperti
berikut:
1. Bagi
guru: dengan penelitian ini, (1) guru dapat memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pendekatan pembelajaran di kelas, shingga konsep-konsep matematika
yang diajarkan guru dapat dikuasai siswa, (2) guru akan terbiasa untuk
melakukan penelitian tindakan kelas dengan merancang pendekatan-pendekatan
pembelajaran yang baru guna meningkatkan prestasi belajar siswanya, dan (3) guru
dapat meningkatkan kemampuan meneliti dan menyusun laporan dalam bentuk karya
ilmiah yang baku, sehingga dapat meningkatkan rasa ingin tahu, yang lebih kuat
dan mendorong terciptanya disposisi matematika (mathematical disposition)
2. Bagi
siswa: hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi untuk meningkatkan
minat, motivasi, dan kemampuannya dalam memahami konsep-konsep matematika
sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat.
3. Bagi
dosen: dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan sekolah mitra, dosen
akan lebih memahami masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi guru di sekolah
yang sangat membantu dosen dalam mendidik calon guru matematika di LPTK.
4. Bagi
sekolah: hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi positif pada sekolah
dalam rangka perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
5. Bagi
FKIP Unhalu: hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk perbaikan
pembelajaran di LPTK, khususnya Program Studi Pendidikan Matematika sebagai
lembaga yang mencetak calon guru matematika.
6. KAJIAN PUSTAKA
1. Proses Belajar Mengajar
Proses
belajar mengajar merupakan sebuah proses interaksi yang menghimpun sejumlah
nilai (norma) yang merupakan substansi, sebagai medium antara guru dan siswa
dalam rangka mencapai tujuan.
Dalam
proses belajar mengajar terdapat dua kegiatan yakni kegiatan guru dan kegiatan
siswa. Guru mengajar dengan gayanya sendiri dan siswa juga belajar dengan
gayanya sendiri. Sebagai guru, tugasnya tidak hanya mengajar tetapi juga
belajar memahami suasana psikologis siswanya dan kondisi kelas. Dalam mengajar,
guru harus memahami gaya-gaya belajar siswanya sehingga kerelavansian antara
gaya-gaya mengajar guru dan siswa akan memudahkan guru menciptakan interaksi
edukatif dan kondusif. Hal ini sejalan dengan pendapat Ametembun (1985) bahwa
suatu interaksi yang harmonis terjadi bila dalam prosesnya tercipta
keselarasan, keseimbangan, keserasian antara kedua komponen yaitu guru dan
siswa.
Dalam
proses edukatif guru harus berusaha agar siswanya aktif dan kreatif secara
optimal. Guru tidak harus terlena dengan menerapkan gaya konvensional. Karena gaya mengajar seperti ini tidak sesuai dengan
konsepsi pendidikan modern. Pendidikan modern menghendaki siswa lebih aktif
dalam kegiatan interaktif edukatif. Guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing
sedangkan siswa aktif dalam belajar.
Banyak
kegiatan yang harus dilakukan gurudalam proses belajar mengajar seperti
memahami prinsip-prinsip proses belajar mengajar, menyiapkan bahan dan sumber
belajar, memilih metode yang tepat, menyiapkan alat bantu pengajaran, memilih
pendekatan, dan mengadakan evaluasi. Semua kegiatan yang dilakukan guru harus
didekati dengan pendekatan sistem, sebab pengajaran adalah suatu sistem yang
melibatkan sejumlah kompenen pengajaaran dan semua komponen tersebut saling berkaitan
dan saling menunjang dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.
Sehubungan
dengan diberlakukannya kurikulum 2004, maka salah satu pendekatan pembelajaran
matematika yang digunakan adalah pendekatan matematika realistik Indonesia
(PMRI). Kemahiran matematia yang diharapkan dapat diwujudkan adalah sebagaimana
tertuang dalam peta kompetensi mata pelaaran matematika di kelas VI SD, yaitu
(1) menjelaskan gagasan atau pernyataan matematika (termasuk peran definisi),
(2) memecahkan dan menafsirkan masalah soal cerita, dan (3) menghargai
matematika sebagai suatu yang berguna dan bermanfaat dalam kehidupan.
Berdasarkan uraian tersebut maka soal cerita merupakan soal yang seharusnya
mendapat porsi cukup besar dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan. Artinya,
pembelajaran seharusnya dimulai dengan penggunaan masalah kontekstual dalam
bentuk soal cerita sehingga siswa memiliki kepekaan dalam memahami suatu
persoalan dan bagaimana memecahkannya sehingga bermanfaat dalam kehidupannya.
2. Soal Cerita Matematika dan
Langkah-lankah Menyelesaikannya
Permasalahan
matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui
soal-soal berbentuk cerita (verbal). Menurut Abidia 1989:10), soal cerita
adalah soal yang disajian dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan
dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Boot
masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi panjang pendeknya cerita tersebut.
Makin besar bibot masalah yang diungkapkan, memungkinkan semakin panjang cerita
yang disajikan. Sementara itu, menurut Haji (1994:13), soal yang dapat
digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang matematika dapat
berbentuk cerita dan soal bukan cerita/soal hitungan. Dilanjutkannya, soal
cerita merupakan modifikasi dari soal-soal hitungan yang berkaitan dengan
kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Soal cerita yang dmaksudkan dalam
penelitian ini adalah soal matematika yang berbentuk cerita yang terkait dengan
berbagai pokok bahasan yang diajarkan pada mata pelajaran matematika di kelas VI SD.
Untuk
dapat menyelesaikan soal cerita, siswa harus menguasai hal-hal yang dipelajari
sebelumnya, misalnya pemahaman tentang sartuan ukuran luas, satuan ukuran
panjang dan lebar, satuan berat, satuan isi, nilai tukar mata uang, satuan
waktu, dan sebagainya. Di samping itu, siswa juga harus menguasai materi
prasyarat, seperti rumus, teorema, dan aturan/ hukum yang berlaku dalam
matematika. Pemahaman terhadap hal-hal tersebut akan membantu siswa memahami
maksud yang terkandung dalam soal-soal cerita tersebut.
Di
samping hal-hal di atas, seorang siswa yang diperhadapkan dengan soal cerita
harus memahami langkah-langkah sistematik untuk menyelesaikan suatu masalah
atau soal cerita matematika. Haji (1994:12) mengungkapkan bahwa untuk menyelesaikan
soal cerita dengan benar diperlukan kemamuan awal, yaitu kemamuan untuk: (1)
menentukan hal yang diketahui dalam soal; (2) menentukan hal yang ditanyakan;
(3) membuat model matematika; (4) melakukan perhitungan; dan (5)
menginterpretasikan jawaban model ke permasalahan semua. Hal ini sejalan dengan
langkah-langkah penyelesaian soal cerita sebagaimana dituangkan dalam Pedoman
Umum Matematika Sekolah Dasar (1983), yaitu: (1) membaca soal dan memikirkan
hubungan antara bilangan-bilangan yang ada dalam soal; (2) menuliskan kalimat
matematika; (3) menyelesaikan kalimat matematika; dan (4) menggunakanan
penyelesaian untuk menjawab pertanyan.
Dari
kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama dalam menyeesaikan
suatu soal cerita adaah pemahaman terhadap suatu masalah sehingga dapat dipilah
antara yang diketahui dengan yang ditanyakan. Untuk melakukan hal ini, Hudoyo
dan Surawidjaja (1997:195) memberikan petunjuk: (1) baca dan bacalah ulang
masalah tersebut; pahami kata demi kata, kalimat demi kalimat; (2)
identifikasikan apa yan diketahui dari masalah tersebut; (3) identifikasikan
apa yang hendak dicari; (4) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan
permasalahan; (5) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya
menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi.
Pendapat-pendapat
di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi (192), bahwa untuk menyelesaikan soal
matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-langkah: (1)
membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat; (2) memisahkan
dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal, apa yang diminta/ditanyakan
dalam soal, operasi pengerjaan apa yang diperlukan; (3) membuat model
matematika dari soal; (4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika
sehingga mendapatkan jawaban dari model tersebut; dan (5) mengembalikan jawaban
soal kepada jawaban asal.
Mencermati
beberapa pendapat di atas, maka langkah-langkah yang diperlukan untuk
menyelesaikan soal bentuk cerita yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
(1) menentukan hal yang diketahui dalam soal; (2) menentukan hal yang
ditanyakan dalam soal; (3) membuat model/kalimat matematika; (4) melakuka
perhitungan (menyelesaikan kalimat matematika), dan (5) menuliskan jawaban
akhir sesuai dengan permintaa soal.
3. Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia
(PMRI)
Istilah
matematika realistik semula muncul dalam pembelajaran matematika di negeri
Belanda yang dikenal dengan nama Realistic
Mathematics Education (RME). Pendekatan pembelajaran ini merupakan reaksi
terhadap pembelajaran matematika modern (new
math) di Amerika dan pembelajaran matematika di Belanda sebelumnya yang
dipandang sebagai “mechanistic
mathematics education”.
PMRI pada
dasarnya merupakan pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa
untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai
pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa yang lalu. Seperti
halnya pandangan baru tentang proses belajar mengajar, dalam PMRI juga
diperlukan upaya mengaktifkan siswa. Upaya tersebut dapat diwujudkan dengan
cara (1) mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses belajar mengajar dan
(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh sense peserta didik. Salah satu
kemungkinannya adalah dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat
menemukan atau mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang akan dikuasainya.
Dalam
pandangan PMRI, pembelajaran matematika lebih memusatkan kegiatan belajar pada
siswa dan lingkungan serta bahan ajar yang disusun sedemikian rupa sehingga
siswa lebih aktif mengkonstruksi pengetahuan untuk dirinya sendiri. Peran guru
lebih banyak sebagai motivator terjadinya proses pembelajaran, bukan sebagai
pengajar atau penyampai ilmu. Ini berarti materi matematika yang disajikan
kepada siswa harus berupa suatu “proses” bukan sebagai barang “jadi”.
Marpaung
dalam Hartadji dan Ma’nar (2001) menyatakan bahwa RME atau PMRI bertolak dari
masalah-masalah yang kontekstual, siswa aktif, guru berperan sebagai
fasilitator, anak bebas mengeluarkan idenya, siswa berbagi ide-idenya, artinya
mereka bebas mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain. Guru membantu mereka
membandingkan ide-ide itu dan membimbing mereka untuk mengambil keputusan
tentang ide mana yang lebih baik buat mereka.
PMRI
sejalan dengan teori psikologi kognitif dan pembelajaran matematika. Menurut
pandangan psikologi kognitif, yang bermakna itu lebih mudah dipahami siswa
daripada yang tidak bermakna. Bermakna disini dimaksudkan, bahwa informasi baru
mempunyai kaitan dengan informasi yang sudah tersimpan dalam memori. Memori
kita menyimpan pengalaman-pengalaman yang memiliki arti bagi kita, yang
kontekstual, yang realistik.
PMRI
memberikan kemudahan bagi guru matematika dalam pengembangan konsep-konsep dan
gagasan-gagasan matematika bermula dari dunia nyata. Dunia nyata tidak berarti
konkrit secara fisik dan kasat mata, namun juga termasuk yang dapat dibayangkan
oleh pikiran anak. Jadi dengan demikian PMRI menggunakan situasi dunia nyata
atau suatu konteks nyata sebagai titik tolak belajar matematika.
Berdasarkan
uraian-uraian di atas, PMRI mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1)
menggunakan konteks yang nyata sebagai titik awal belajar, (2) menggunakan
model sebagai jembatan antara real dan abstrak, (3) belajar dalam suasana
demokratis dan interaktif, dan (4) menghargai jawaban informal siswa sebelum
mereka mencapai bentuk formal matematika.
Dalam
pelaksanaannya, PMRI menganut lima prinsip utama, yaitu: (1) penggunaan
konteks, sebagai sumber belajar dalam menemukan kembali ide matematika dan secara
bersamaan menerapkan ide tersebut; (2) menggunakan model produksi dan
konstruksi siswa; (3) menolak proses yang mekanistik, saling terlepas dan tak
bermakna, prosedur rutin, dan sering bekerja individual; (4) siswa bukan
penerima informasi, tetapi subyek aktif dalam menemukan kembali; dan (5)
menggunakan berbagai teori belajar yang relevan dan saling terkait.
Beberapa
keuntungan dalam PMRI antara lain: (1) Melalui penyajian yang kontekstual,
pemahaman konsep siswa meningkat dan bermakna, mendorong siswa melek
matematika, dan memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitarnya; (2)
siswa terlibat langsung dalam proses doing
math sehingga mereka tidak takut belajar matematika; (3) siswa dapat
memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari dan
mempelajari bidang studi lainnya; (4) memberi peluang pengembangan potensi dan
kemampuan berfikir alternatif; (5) kesempatan cara penyelesaian yang berbeda;
(6) melalui belajar kelompok berlangsung pertukaran pendapat dan interaksi antar
guru dengan siswa dan antar siswa, saling menghormati pendapat yang berbeda,
dan menumbuhkan konsep diri siswa; dan (7) melalui matematisasi vertikal, siswa
dapat mengikuti perkembangan matematika sebagai suatu disiplin.
Dengan
melhat keuntungan dalam PMRI di atas mengarahkan kita pada suatu kesimpulan
bahwa dengan menggunakan pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika siswa
akan terbiasa memahami suatu persoalan dengan suatu sudut pandang yang
bervariasi sehingga permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan berbagai
cara. Potensi siswa akan berkembang baik minat dan motivasinya dalam belajar
matematika karena pembelajaran yang dimulai dengan konteks mengarahkan siswa
pada pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dipahamkan
tentang kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh
karena pentingnya pendekatan ini digunakan dalam pembelajaran matematika, maka
seharusnyalah setiap guru memperhatikan bagaimana sintak pelaksanaan pendekatan
PMRI dalam pembelajaran matematika. Adapun sintaks implementasi matematika
realistik (PMRI) adalah:
Tabel 1 Sintaks Implementasi Matematia
Realistik (PMRI)
Aktivitas Guru
|
Aktivitas Siswa
|
Guru memberikan siswa
masalah kontekstual
|
Siswa secara sendiri
atau kelompok kecil mengerjakan masalah dengan strategi-strategi informal.
|
Guru merespon secara
positif jawaban siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk memikirkan strategi
siswa yang paling efektif.
|
|
Guru mengarahkan siswa
pada beberapa masalah kontekstual dan selanjutnya meminta siswa mengerjakan
masalah dengan menggunakan pengalaman mereka
|
Siswa secara
sendiri-sendiri atau berkelompok menyelesaikan masalah tersebut.
|
Guru mengelilingi siswa
sambil memberikan bantuan seperlunya.
|
Beberapa siswa
mengerjakan di papan tulis. Melalui diskusi kelas, jawaban siswa
dikonfrontasikan.
|
Guru mengenalkan istilah
konsep
|
Siswa merumuskan bentuk
matematika formal.
|
Guru memberikan tugas di
rumah, yaitu mengerjakan soal atau membuat masalah cerita beserta jawabanya
yang sesuai dengan matematika formal.
|
Siswa mengerjakan tugas
rumah dan menyerahkannya kepada guru
|
(I Gusti
Putu Suharta, 2001)
4. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Kadir (2005)
menyimpulkan bahwa melalui penggunaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI), hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 32 Poasia
Kota Kendari dapat ditingkatkan. Dari hasil penelitiannya juga tergambar adanya
peningkatan minat dan motivasi belajar siswa setelah siswa di ajar dengan
pendekatan PMRI.
Hasil penelitian Ahmad Fauzan (2001) tentang
pengembangan dan implementasi protype I
dan II perangkat pembelajaran geometri untuk siswa kelas IV SD berdasarkan
pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) diperoleh hasil bahwa pada tahap awal penelitian ditemukan
banyak kendala seperti siswa mengalami kesulitan untuk memahami contextual problem, tidak terbiasa
bekerja berkelompok, sangat tergantung kepada guru, tidak aktif dan kreatif,
sangat lemah dalam penalaran dan penguasaan konsep-konsep yang sudah dipelajari,
hanya tertarik pada hasi akhir dan mengabaikan proses untuk menemukan jawaban.
Setelah dilakukan beberapa usaha diperoleh bebarapa perubahan positif pada
siswa. Usaha dimaksud adalah: mengadakan diskusi sebelum siswa memecahkan contextual problem, membuat
catatan-catatan pada buku latihan siswa, dan tidak memberi nilai maksimal
kepada siswa yang tidak memberi alasan untuk jawabannya. Beberapa perubahan
psotif yang didapat adalah siswa menjadi lebih aktif dan kreatif, kemampuan
siswa dalam memahami soal cerita semakin baik, beberapa siswa menunjukkan
kemajuan yang baik dalam penalaran, dan hasil postes lebih baik daripada hasil
pretes pada semua kelompok siswa yang diteliti.
5. Keranga Berpikir
Pendekatan Pendidika
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan suatu pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan
realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajara. Melalui
matematisasi horizontal-vertikal siswa diharapkan dapat menemukan dan
merekonstruksi konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.
Seanjutnya, siswa diberi kesempatan menerapkan konsep-kosep matematika untuk
memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain. Dengan kata lain
pembelajaran PMRI mengarahkan siswa pada belajar dengan bermakna.
Kebermaknaan yang timbul
sebagai akibat pembelajaran PMRI akan memberi peluang kepada siswa
mengembangkan potensi dan kemampuan berpikir alternatif, mengembangkan cara
penyelesaian berbeda terhadap suatu permasalahan, memanfaatkan pengetahuan dan
pengalaman sehari-hari serta saling hormat menghormati dan menumbuhkan konsep
diri yang kesemuanya itu mengarah kepada peningkatan kemampuan siswa dalam
memecahkan setiap soal matematika bahkan dalam aplikasinya dengan kehidupan
sehari-hari atau bidang lainnya.
Soal-soal matematika yang
digunakan sebagai gambaran kehidupan sehari-hari atau aplikasinya dalam bidang
lain ini tertuang dalam bentuk-bentuk soal cerita atau masalah kontekstual.
Soal yang disusun dalam bentuk kalimat verbal tersebut memungkinkan siswa
menggunakan daya imajinasi dan kreativitasnya serta ide dan nalarnya untuk
mengemukkakan berbagai alternatif pemecahan soal-soal tersebut. Jika siswa
dibina dengan membiasakannya menyelesaikan soal-soal seperti ini, di mana siswa
merasakan manfaat matematika dalam kehidupannya sehari-hari, maka tentu
kemampan nalar, ide dan kreativitasnya dalam pembelajaran akan meningkat.
Meningkatnya aktifitas dan kreativitas siswa dalam pembelajaran akan
meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil yang diperoleh siswa berupa perubahan
kemampuan matematika siswa sebagai akibat dari proses interaksi siswa dengan
lingkungannya ini disebut hasil belajar matematika siswa. Artinya, semakin baik
pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran matematika
realistik akan semakin meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
6. Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan
kajian teori, hasil enelitian yang relevan, dan kerangka berpikir di atas,
dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut: “Dengan
menggunakan pendekatan matematika realistik dalam proses belajar mengajar
matematika, maka kemampuan siswa kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kendari dalam
menyelesaikan soal matematika berbentuk cerita pada pokok bahasan faktor dan
kelipatan bilangan dapat ditingkatkan”.
H. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
1.
Setting Penelitian
Penelitian ini akan
dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kota Kendari sebagai sekolah
mitra, dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang yang terdiri dari 12 orang siswa
pria dan 12 orang siswa wanita. Pelaksanaan penelitian direncanakan pada
semester ganjil tahun pelajaran 2006/2007 selama 8 bulan.
2. Faktor yang Diselidiki
Untuk menjawab permasalahan
di atas, ada beberapa faktor yang ingin diselidiki, yaitu:
1. Faktor
siswa: yaitu dengan melihat apakah
tingkat kemampuan siswa pada pokok bahasan bilangan cacah dan bilangan pecahan
berada dalam kategori rendah, sedang atau tinggi ?
2. Faktor
guru: yaitu dengan memperhatikan
bagaimana persiapan materi dan kesesuaian pendekatan pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran di kelas.
3. Faktor
sumber pelajaran: yaitu dengan
memperhatikan sumber pelajaran yang digunakan apakah sudah sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai, demikian pula latihan-latihan yang diberikan, apakah sudah
berjenjang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa serta dengan tujuan yang akan
dicapai sesuai dengan pendekatan matematika realistik yang digunakan.
3. Rencana Penelitian Tindakan Kelas
Pelaksanaan
penelitian ini direncanakan dalam tiga siklus tindakan. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah
didesain dalam faktor yang diselidiki. Bila target ketuntasan belajar klasikal,
yaitu minimal 80 % siswa tidak mencapai nilai paling rendah 6,5, maka
dilaksanakan siklus tambahan.
4. Prosedur Penelitian
Dalam
penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melaksanakan tes awal berupa tes
diagnostik untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan tindakan di
samping observasi. Observasi awal dilakukan untuk dapat mengetahui ketetapan tindakan
yang akan diberikan dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita.
Dari
hasil evaluasi dan observasi awal, maka dalam refleksi ditetapkan tindakan yang
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa, yaitu melalui
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik.
Dengan
berpatokan pada refleksi awal tersebut, maka dilaksanakanlah penelitian
tindakan kelas ini dengan prosedur sebagai berikut.
a. Perencanaan
Kegiatan
yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini meliputi:
1. Membuat
skenario pelaksanaan tindakan.
2. Membuat
lembar observasi: untuk melihat bagaimana suasana belajar mengajar di kelas
ketika pendekatan matematika realistik dilaksanakan.
3. Membuat
kuesioner: untuk mengumpulkan data tentang tanggapan siswa mengenai pelaksanaan
pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran.
4. Membuat
alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka membantu siswa memahami
konsep-konsep matematika dengan baik.
5. Mendesain
alat evaluasi untuk melihat apakah materi matematika telah dikuasai oleh siswa.
b. Pelaksanaan tindakan
Tindakan
yang telah dirancang dilaksanakan oleh satu orang guru matematika kelas VI SD
Negeri 32 Poasia. Pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan
pendekatan matematika realistik sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
dibuat.
c. Observasi
Observasi
dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Proses
observasi dilakukan oleh dua orang dari tim peneliti untuk mengamati guru dalam
kelas selama melaksanakan tindakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan matematika realistik. Pengamatan juga dilakukan terhadap prilaku dan
aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan dampak yang
ditimbulkan dari prilaku guru terhadap siswa selama proses pembelajaran.
d. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir siklus
pelaksanaan tindakan. Evaluasi tersebut ditujukan untuk mengetahui ada atau
tidak adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan yang
diajarkan. Alat evaluasi yang digunakan adalah tes hasil belajar yang disusun
peneliti. Bilamana secara klasikal minimal 80 % siswa telah mencapai nilai
paling rendah 6,5, maka tindakan dianggap telah berhasil dilaksanakan.
e. Refleksi
Hasil
yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dianalisis.
Kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terjadi pada setiap siklus
akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
5. Data dan Cara Pengambilannya
1. Sumber
data: personil penelitian yang terdiri dari siswa dan guru.
2. Jenis
data: data kuantitatif yang diperoleh dari tes hasil belajar dan data
kualitatif yang diperoleh melalui lembar observasi, kuesioner, dan jurnal.
3. Cara
pengambilan data:
1. Data
situasi pelaksanaan pendekatan matematika realistik diambil dengan menggunakan
lembar observasi.
2. Data
tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pendekatan matematika realistik diambil
dengan menggunakan kuesioner.
3. Data
refleksi diri serta perubahan-perubahan yang terjadi dalam kelas, diambil
dengan menggunakan jurnal.
4. Data
tentang hasil belajar matematika siswa diambil dengan menggunakan tes hasil
belajar.
6.
Indikator Kerja
Penelitian
tindakan kelas ini direncanakan pelaksanaannya dalam tiga siklus tindakan.
Namun demikian, bila pada hasil evaluasi suatu siklus paling sedikit 80 % siswa
telah mendapatkan nilai paling rendah 6,5, maka siklus selanjutnya tidak
dilaksanakan karena indikator keberhasilan telah tercapai.
J. BIAYA PENELITIAN
1.
|
Biaya Perencanaan
|
|
|
|
|
|||||
|
a. Observasi lokasi
penelitian (3 orang, 3 hari)
|
|
|
|
|
|||||
|
|
Konsumsi : 3x3xRp.
17.500
|
|
|
Rp 157.500
|
|
||||
|
|
Transportasi : 1x3xRp.
20.000
|
|
|
Rp 60.000
|
|
||||
|
b.
|
Wawancara dengan guru (3
orang, 1 hari)
|
|
|
|
|
||||
|
|
Konsumsi : 3x1xRp.
17.500
|
|
|
Rp 52.500
|
|
||||
|
|
Transportasi : 1x1xRp.
20.000
|
|
|
Rp 20.000
|
|
||||
|
c.
|
Diskusi hasil observasi
da wawancara
|
|
|
|
|
||||
|
|
dengan guru (3 orang, 2
hari)
|
|
|
|
|
||||
|
|
Konsumsi : 3x2xRp.
17.500
|
|
|
Rp 105.000
|
|
||||
|
|
Transportasi : 3x2xRp.
20.000
|
|
|
Rp 120.000
|
|
||||
|
|
|
Jumlah (1)
|
Rp. 515.000
|
|
|||||
2.
|
Biaya Persiapan
|
|
|
|
|
|||||
|
a.
|
Rapat persiapan
pembuatan instrumen penelitian (3 orang,10hari)
|
|
|||||||
|
|
Konsumsi : 3x1xRp.
17.500
|
|
|
Rp 52.500
|
|
||||
|
|
Transportasi : 3x1xRp.
20.000
|
|
|
Rp 60.000
|
|
||||
|
b.
|
Pembuatan scenario
pembelajaran, lembar
|
|
|
|
|
||||
|
|
Observasi, dan kuesioner
(3 orang, 10 hari)
|
|
|
||||||
|
|
Konsumsi : 3x10xRp. 17.500
|
|
|
Rp 525.000
|
|
||||
|
|
Transportasi : 3x10xRp.
20.000
|
|
|
Rp 600.000
|
|
||||
|
c.
|
Pembuatan alat bantu,
evaluasi, dan jurnal (3 orang, 10 hari)
|
|
|
||||||
|
|
- Konsumsi : 3x10xRp.
17.500
|
|
|
Rp 630.000
|
|
||||
|
|
- Transportasi :
3x10xRp. 20.000
|
|
|
Rp 600.000
|
|
||||
|
|
|
|
|
Jumlah (2)
|
Rp 2.467.500
|
|
|||
3.
|
Biaya Pembelian ATK
|
|
|
|
|
|||||
|
a.
|
Kertas duplikator 5 rim,
@ Rp. 25.000
|
|
Rp 125.000
|
|
|||||
|
b.
|
Kertas bergaris 5 rim, @
Rp. 30.000,-
|
|
Rp. 150.000
|
|
|||||
|
c.
|
Kertas Komputer 2 ply 2
dos, @RP. 300.000
|
|
Rp 600.000
|
|
|||||
|
d.
|
Kertas Ukuran A4 4 rim,
@ Rp. 30.000
|
|
Rp 120.000
|
|
|||||
|
e.
|
Pita komputer 3 buah, @
Rp. 35.000
|
|
Rp 105.000
|
|
|||||
|
f.
|
Refill Tinta Printer 3
buah, @ Rp. 27.500
|
|
|
Rp 82.500
|
|
||||
|
g.
|
Catridge 1 buah (hitam)
|
|
|
Rp. 125.000
|
|
||||
|
h.
|
Cartrige 1 buah (warna)
|
|
|
Rp. 150.000
|
|
||||
|
i.
|
Spidol Whiteboard 2 box,
@ 85.000,-
|
|
|
Rp. 170.000
|
|
||||
|
j.
|
Karton manila 20 lembar
@ Rp. 7.500
|
|
|
Rp. 150.000
|
|
||||
|
k.
|
Tip Ex 2 buah @ Rp.
7.500
|
|
Rp. 15.000
|
|
|||||
|
l.
|
Balpoint 1 lusin
|
|
Rp. 20.000
|
|
|||||
|
m
|
Pensil 1 lusin
|
|
Rp. 10.000
|
|
|||||
|
n.
|
Isolasi 2 buah @ Rp.
10.000,-
|
|
Rp. 20.000
|
|
|||||
|
o.
|
Cutter 1 buah
|
|
Rp. 15.000
|
|
|||||
|
p.
|
Paku tinis 5 dos @ Rp.
3.000,-
|
|
Rp. 15.000
|
|
|||||
|
q.
|
Lem kertas 1 buah
|
|
|
Rp. 5.000
|
|
||||||||
|
|
|
|
Jumlah (3)
|
Rp 1.877.500
|
|
||||||||
4.
|
Biaya Operasional
|
|
|
|
|
|||||||||
|
Rincian biaya berikut
untuk setiap siklus (selama tiga siklus)
|
|
||||||||||||
|
(1)
|
Perencanaan tindakan,
observasi awal dan rapat tim peneliti
|
|
|||||||||||
|
|
(3 orang, 1 hari):
3x1xRp. 125.000
|
|
|
Rp 375.000
|
|
||||||||
|
(2)
|
Biaya implementasi
tindakan untuk 2 orang : 2xRp. 125.000
|
Rp 250.000
|
|
||||||||||
|
(3)
|
Biaya observasi dan evaluasi:
3xRp. 100.000
|
|
Rp 300.000
|
|
|||||||||
|
(4)
|
Biaya analisis dan
refleksi : 3xRp. 100.000
|
|
Rp 300.000
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
Jumlah
|
Rp 1.225.000
|
|
|||||||
|
Biaya 1 siklus Rp.
1.225.000
|
|
|
|
|
|||||||||
|
Jadi biaya 3 siklus :
3xRp. 1.225.000
|
Jumlah (4)
|
Rp 3.675.000
|
|
||||||||||
5.
|
Honor selama 8 bulan
|
|
|
|
|
|||||||||
|
a.
|
Honor 1 orang ketua
peneliti: 8x1xRp. 200.000
|
Rp 1.600.000
|
|
||||||||||
|
b.
|
Honor 2 orang anggota
peneliti: 8x2xRp. 150.000
|
Rp 2.400.000
|
|
||||||||||
|
|
|
|
Jumlah (5)
|
Rp 4.000.000
|
|
||||||||
6.
|
Biaya seleksi internal, semnar local, publikasi,
|
|
|
|
|
|||||||||
|
dan diseminasi hasil penelitian
|
|
Rp 960.000
|
|
||||||||||
|
|
|
|
Jumlah (6)
|
Rp 960.000
|
|
||||||||
7.
|
Biaya pelaporan
|
|
|
|
|
|||||||||
|
a.
|
Penyusunan draft laporan
penelitian (3 orang, 1 hari)
|
|
|
||||||||||
|
|
Konsumsi : 3x1xRp.
17.500
|
|
|
Rp 52.500
|
|
||||||||
|
|
Transportasi : 3x1xRp.
20.000
|
|
|
Rp 60.000
|
|
||||||||
|
b.
|
Penyusunan laporan akhir
(3 orang, 10 hari)
|
|
|
|
|||||||||
|
|
Konsumsi : 3x10xRp.
17.500
|
|
|
Rp 525.000
|
|
||||||||
|
|
Transportasi : 3x10xRp.
20.000
|
|
|
Rp 600.000
|
|
||||||||
|
d.
|
Penggandaan laporan: 14
x 50 x Rp. 150
|
|
|
Rp. 105.000
|
|
||||||||
|
d.
|
Penjilidan laporan 15
examplar: 15xRp.7.500
|
|
|
Rp. 112.500
|
|
||||||||
|
e.
|
Pengiriman laporan ke
|
|
|
Rp 50.000
|
|
||||||||
|
|
|
|
Jumlah (7)
|
Rp 1.505.000
|
|
||||||||
Rekapitulasi:
|
|
|||||||||||||
1. Biaya perencanaan
|
= Rp 515.000
|
|||||||||||||
= Rp 1.877.5004. Baiaya operasional=
Rp 3.675.0002. Biaya persiapan
|
= Rp 2.467.500
|
|||||||||||||
5. Honorarium3. Biaya pembelian
ATK
|
= Rp 4.000.000
|
|||||||||||||
6. Biaya seleksi
internal, seminar lokal, publikasi, dan
|
= Rp 960.000
|
|||||||||||||
Diseminasi hasil
penelitian
|
|
|||||||||||||
7. Biaya pelaporan
|
= Rp 1.505.000
|
|||||||||||||
Jumlah
|
= Rp 15.000.000
|
|||||||||||||
|
|
(
|
||||||||||||
K. PERSONALIA PENELITIAN
Personalia
penelitian dan waktu yang disediakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Ketua
peneliti : Drs. La Misu, M.Pd.
Dosen Pendidikan Matematika FKIP Unhalu
Kendari
Waktu yang disediakan: 15 jam/minggu
Anggota Peneliti 1 : Hartana, S.Pd.
Guru kelas
VI SD Negeri 32 Poasia Kendari
Waktu yang disediakan: 10 jam/minggu
Anggota Peneliti 2 : Hidayah, A.Ma.
Guru kelas
V SD Negeri 32 Poasia Kendari
Waktu yang disediakan: 10 jam/minggu
Peran
serta masing-masing dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
Pada
tahap perencanaan: ketua peneliti, bersama dengan anggota peneliti 2 melakukan
observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh anggota
peneliti 1. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh anggota peneliti 1 sebelum
penelitian ini dilaksanakan. Observasi dilaksanakan dalam beberapa kali
pelaksanaan pembelajaran matematika (direncanakan 3 kali). Untuk lebih
memantapkan hasil observasi yang dilakukan juga dilakukan wawancara dengan
anggota peneliti 1. Hasil observasi dan wawancara kemudian didiskusikan oleh
ketua, dan kedua anggota peneliti sehingga diputuskan langkah pemecahan
permasalahan pembelajaran yang ditemukan. Hasil diskusi tersebut kemudian dibuat
dalam bentuk pra proposal.
Pada
tahap persiapan, ketua tim peneliti bersama anggota 1 dan 2 merancang skenario
pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan PMRI,
lembar observasi, alat bantu pembelajaran, kuosioner, alat evaluasi, dan
jurnal. Hasil keseluruhan perancangan tersebut kemudian didiskusikan kembali
sehingga anggota 1 sebagai guru yang akan melaksanakan pembelajaran dengan
pendekatan PMRI dapat memahami secara mendalam langkah-langkah pembelajaran
dengan PMRI, sedang anggota 2 dapat memahami apa-apa yang harus diobservasi
selama anggota 1 melaksanakan pembelajaran. Di samping itu juga supaya ada
kesepahaman langkah dalam menggunakan berbagai perangkat yang digunakan dalam
penelitian ini.
Pada
tahap pelaksanaan, anggota peneliti 1 melaksanakan pembelajaran sesuai skenario
yang telah dibuat, dan anggota peneliti 2 melakukan observasi yang pada tahap
awal pelaksanaan pembelajaran ditemani oleh ketua peneliti. Hasil observasi
terhadap setiap pembelajaran yang telah dilaksanakan kemudian didiskusikan oleh
tim peneliti sekaligus mengecek beberapa kelemahan yang dilakukan dalam setiap
pembelajaran oleh anggota peneliti 1. Dari hasil diskusi tersebut kemudian
anggota peneliti 1 melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan sehingga dapat diperbaiki pada pembelajaran selanjutnya.
Pada
tahap monitoring, ketua dan anggota peneliti mendiskusikan berbagai hal
sehubungan dengan penelitian ini sehingga diperoleh kesamaan langkah sesuai
dengan rencana pelaksanaan penelitian yang telah direncanakan termasuk
menyiapkan berbagai perangkat penelitian.
Pada
tahap akhir/pelaporan, ketua peneliti mengumpulkan semua data yang telah
dikumpulkan oleh anggota peneliti 1 dan 2 untuk ditabulasi dan dianalisis.
Hasil tabulasi dan analisis kemudian dianalisis kembali oleh tim sehingga dapat
ditemukan kelemahan dan keunggulan pelaksanaan penelitian ini. Di samping itu
juga untuk menentukan bentuk draft laporan penelitian sesuai dengan
petunjuk/pedoman laporan PTK tahun 2006. Draft laporan tersebut kemudian
disepakati sebagai bentuk laporan akhir yang akan diseminarkan oleh ketua
peneliti didampingi oleh anggota peneliti 1 dan 2. Laporan yang dikoreksi dari
pelaksanaan seminar kemudian diperbaiki oleh ketua peneliti untuk dijadikan laporan
akhir. Laporan akhir ini kemudian digandakan dan dijilid untuk kemudian ditanda
tangani sebagai laporan akhir pelaksanaan PTK yang akan dikirim ke Jakarta .
L. DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Mini
Jaya. 2001. Undang-Undang RI
Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun
2000-2004. Bab VII Pembangunan Pendidikan. Mini Jaya Abadi, Jakarta .
Abidin,
Zainal. 1989. Studi tentang Prestasi
Siswa Kelas VI SD Negeri di Kodya Banda Aceh dalam Menyelesaikan Soal Hitungan
dan Soal Cerita. Tesis, PPs IKIP Malang .
Ametembun,
N.A. 1985. Kerelevansian Gaya -Gaya Mengajar dan Belajar
(Suatu Tinjauan Analitik). FIP-IKIP Bandung ,
Bandung .
Ametembun,
N.A. 2000. Beberapa Model Pembelajaran
dan Strategi Mengajar dalam Pembelajaran Matematika. Depdiknas, Jakarta .
Anonim. 1999.
Penelitian Tindakan Kelas; Bahan
Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah. TIM Pelatih Proyek PGSM, Jakarta .
Anonim, 2000,
Beberapa Model Pembelajaran dan Strategi
Mengajar dalam Pembelajaran Matematika, Depdiknas, Jakarta .
Anonim, 2002,
Model-Model Pembelajaran, Depdiknas, Jakarta .
As’ari, A.R.
2000. Pembelajaran Matematika yang
Demokratis. Universitas Negeri Malang .
Basuki
Wibawa. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Tenaga Kependidikan, Jakarta .
Budiarto,
Mega Teguh, dkk. 2004. Matematika Buku 1 Dirjen
Depdiknas, Jakarta .
Budiarto,
Mega Teguh, dkk. 2004. Matematika Buku 3.
Dirjen Depdiknas, Jakarta .
De Lange, J.
1987. Mathematics, Insight and Meaning.
OW & Co, Utrecht .
----------.
1995. Assesment: no chance without problems, In Romberg, TA. (Ed). Reform in school mathematics and authentic
assessment. Suny Press ,
New York .
Depdikbud.
1982/1983. Diagnostik Kesulitan Belajar
dan Pengajaran Remedial. Ditjen-Dikti Depdikbud, Jakarta .
Dimyati dan
Mudjiono. 1996. Belajar dan Pembelajaran.
Rineka Cipta, Jakarta .
Djamamarah,
S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam
Interaksi Edukatif. Rineka Cipta, Jakarta .
Fauzan,
Ahmad. 2001. Pengembangan dan
Implementasi Prototype I dan II Perangkat Pembelajaran Geometri untu Siswa
Kelas 4 SD Menggunakan Pendekatan RME, makalah disampaikan pada Seminar
Nasional Realistic Mathematics Education (RME)
di Universitas Negeri Surabaya (UNESA), 24 Pebruari 2001.
Freudenthal,
H. 1973. Mathematics as an Educational
Task. Reidel Publishing, Dordrecht
-----------.
1994. Revisiting Mathematics Education. Reidel
Publishing, Dordrecht
Gravemeijer,
K. 1994. Developing Realistic Mathematic
Education. Freudenthal Institute, Utrecht .
Haji, Saleh,
1994. Diagnosis Kesulitan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Cerita di Kelas VI SD Negeri Percobaan Surabaya . Tesis, PPS IKIP Malang .
Hartadji
Nursyafi’i dan Ma’nar. 2001. Laporan
Pengembangan dan Ujicoba Perangkat Contextual Teaching and Learning Mata
Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Aritmetika Sosial. Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Jakarta .
Hudoyo,
Herman, 1988, Belajar Mengajar
Matematika, P2LPTK. Jakarta .
Hudoyo,
Herman dan Surawidjaja, A. 1996/1997. Matematika.
Bagian P3GSD Ditjen-Dikti Depdikbud, Jakarta .
Joyce, B. and
Weill, M. 1980. Models of Teaching.
Prentice Hall Inc., New Jersey
Kadir, 2005. Strategi Pengembangan dan Pemanfaatan Media
Pembelajaran Matematika. Makalah disampaikan pada Sosialisasi KBK bagi
Guru-Guru Matematika MTs DEPAG se Provinsi Sulawesi Tenggara di Kendari, 29
Juni – 1 Juli 2005.
M. Nur. 2000.
Pembelajaran Kooperatif, Pusat Sain dan
Matematika Sekolah. PPs Universitas Negeri Surabaya ,
Surabaya .
N.K.
Roestiyah. 1991. Strategi Belajar
Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta .
Polya,
George. 1980. On Solving Mathematical
Problem in High School, dalam Krulik, Stephen dan Reys, Robert E. (Eds.)
Problem Solving in School Mathematics. NCTM, Reston-Virginia.
Slameto.
1987. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
Bina Aksara, Jakarta .
Slavin, R.E.
1995. Cooperative Learning. A Simon
and Schuster Company, Massachusetts .
Soekamto, T.,
Wardani, I.G.A.K., dan Winataputra ,
U.S. 1993. Prinsip Belajar dan Pembelajaran, Bahan
Ajar PEKERTI P2LPTK, Jakarta .
Soekamto, T.,
dan Winataputra , U.S. , 1997. Teori Belajar dan model-model Pembelajaran, Bahan Ajar PEKERTI
P2LPTK, Jakarta .
Suharta, I
Gusti Putu. 2001. Pembelajaran Pecahan
dalam Matematika Realistik. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Realistic Mathematics Education (RME) di
Jurusan Matematika FMIPA UNESA, 24 Pebruari 2001.
Sutarto,
Hadi. 2001. Memperkenalkan RME kepada
Guru SLTP di Yogyakarta, makalah disampaikan pada
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Atas Kunjungannya dan Kesediaannya untuk Berkomentar. Saya Sangat menghargai Setiap Komentar, Masukkan, Saran, dan Kritik yang sekiranya dapat Membangun Blog ini agar lebih baik Kedepannya. Berkomentarlah dengan sopan dan santun & "No Spam"..
Terima Kasih atas Kunjungannya...